Kopi khas Papua yang menjadi kunci keunikan nya karena pohonnya ditanam pada ketinggian 1.400 – 2.700 mdpl di pegunungan tengah Papua dan pertama kali diperkenalkan oleh para misionaris dan pemerintah Belanda.
“Kopi di Lembah Baliem, Wamena pertama kali diperkenalkan oleh dinas pertanian Belanda atau Departement Landbouw op Nederlandscg Niew-Guinea pada tahun 1960,” ujar Hari Suroto peneliti Peneliti Balai Arkeologi Papua.
Kepala dinas pertanian pada waktu itu van der Sluis sengaja memilih bibit kopi arabika terbaik dan berkualitas tinggi, yang didatangkan langsung dari Papua Nugini dan dikenal dengan Jamaica Blue Mountain, yang tanaman indukannya berasal dari Jamaika. Di Lembah Baliem serta pertama kali ditanam di Kurima dan Bokondini.
Persoalannya, kopi itu ditanam di wilayah yang terpencil. Alhasil, pengangkutannya saat panen menjadi sangat mahal. Bahkan harus menggunakan helikopter.
Salah satunya kopi Amungme, karena hasil panennya harus diangkut dengan helikopter, dengan sewa US$3.000 per satu jam, membuat kopi Amungme menjadi mahal di pasaran. Berikut kopi-kopi Papua yang disukai di dalam negeri hingga mancanegara.
Kopi Amungme
Amungme diproduksi di Kabupaten Timika, Papua. Sesuai namanya, dibudidayakan oleh suku Amungme di dekat tambang Tembagapura. Awalnya bibit kopi arabika typica dibawa dari Dogiyai dan selanjutnya dibudidayakan oleh petani suku Amungme.
Bibit Amungme ditanam di ketinggian 2.500 mdpl di sejumlah kampung yaitu Kampung Oroanop, Tsinga, Hoya, dan Banti. Saat ini sudah lebih 19 ribu hektare lahan di dekat tambang Tembagapura ditanami kopi Amungme dengan sistem tumpang sari.
Jumlah pohon kopi yang telah ditanam mencapai 13.603 pohon dengan produksi rata-rata 606 kg atau 0,6 ton biji kopi (parchment) per tahun.
Pohon kopi Amungme dipupuk secara alami dengan tanaman bernitrogen serta material kompos dan multus hutan. Petani suku Amungme melakukan semua proses pengolahan kopi secara manual mulai dari panen hingga pengeringan.
Setelah itu, proses pengorengan dan penggilingan akan dilakukan secara modern di Timika. Jenis tanah berlogam mulia emas, iklim dan ketinggian wilayah Tembagapura menjadikan kopi Amungme beraroma khas.
Kopi Amungme strukturnya full-body, sedikit asam rasanya, beraroma manis yang sangat khas dan kuat serta memiliki after taste (rasa yang tertinggal) berupa rasa moka.
Untuk membeli kopi Amungme siap konsumsi, konsumen bisa langsung datang ke unit pengolahan Amungme di Timika. Selain itu, juga tersedia di supermarket Kuala Kencana atau Tembagapura yang tidak jauh dari kompleks Freeport serta juga diekspor ke Eropa, Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Kopi Pegunungan Bintang
Pegunungan Bintang, Papua, memiliki kopi arabika spesial. Pada umumnya arabika di Indonesia ditanam pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di Pegunungan Bintang, kopi ditanam pada ketinggian 1800 hingga 2000 mdpl.
Pada ketinggian ini, udara sangat dingin dengan suhu 18 – 23 celcius. Suhu udara yang dingin, berkabut dan intensitas cahaya matahari yang kurang membuat buah kopi matang lebih lama di pohon.
Inilah yang menjadikan kopi arabika Pegunungan Bintang berbeda dan berkualitas sempurna. Proses pematangan buah yang lama menjadikan zat gizi menumpuk dan rasa kopi cenderung lebih asam.
Arabika mulai ditanam tahun 1970-an, benih arabika typica didatangkan langsung dari Dogiyai dengan pesawat kecil oleh misionaris Belanda. Biji Arabika Pegunungan Bintang ditanam di Lopkop, Sabin, Distrik Okbab. Andaka, Distrik Okbibab serta Nangultil, Distrik Kiwirok.
Selain ditanam secara organik, bijinya dipanen secara manual, hasil panen juga diproses secara manual dengan tangan manusia bukan mesin. Panasnya mesin pengolahannya diduga dapat menurunkan kualitasnya. Ada berbagai macam rasa khas yaitu citrus, berry, jeruk, fruity, sweet chocolate, sugar cane dan peach.
Selain dipasarkan di Sentani dan Kota Jayapura, juga diminati oleh konsumen Australia, Selandia Baru, Belanda dan Amerika.
Kopi Moanemani
Kabupaten Dogiyai, Papua dikenal sebagai penghasil arabika terbaik di Indonesia. Kopi dari Dogiyai lebih dikenal dengan nama Moanemani.
Moanemani merupakan jenis arabika yang ditanam secara organik oleh petani tradisional suku Mee, di Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua dan juga sangat terkenal bagi penikmat di Eropa dan Amerika. Moanemani ditanam oleh petani Suku Mee di kebun dekat hutan, lereng bukit maupun pekarangan rumah mereka.
Pada awalnya diperkenalkan oleh misionaris pada tahun 1960-an. Pada waktu itu, pesawat kecil setelah drop logistik di pedalaman, ketika kembali ke Kota Nabire, kondisi pesawat dalam keadaan kosong.
Para misionaris dan pilot berpikir komoditas jenis apa yang bernilai tinggi yang bisa untuk mengisi pesawat yang kosong dan komoditas ini bisa mensejahterakan penduduk pedalaman. Maka sejak saat itulah, mulai dilakukan penanaman kopi. Karena Dogiyai terletak di ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut, maka kopi jenis arabika yang dipilih.
Dalam sejarahnya, kopi arabika yang ditanam di Dogiyai, bibitnya didatangkan dari Papua Nugini. Sedangkan kopi Papua Nugini sendiri, bibitnya didatangkan langsung dari Kingston, Jamaika. Sehingga kualitasnya tidak jauh beda dengan kopi Jamaica Blue Mountains, jenis kopi arabika premium terbaik di dunia.
Khalfani